Khasanah Islam

Kuburan: Tempat Terkaya di Dunia



Saat anda membaca kata "kuburan" apa yang muncul dalam pikiran anda?
Apakah anda akan langsung teringat orang-orang yang anda kasihi yang
telah lebih dulu meninggalkan dunia ini? Atau anda teringat film
tentang Drakula, Vampire, Kuntilanak, Forever Night, Simanis
Jembatan Ancol, Pemburu Hantu, Dunia Lain, Suara Kubur, atau
gambaran lain yang lebih menyeramkan? Atau mungkin yang muncul dalam
pikiran anda adalah gundukan tanah dengan batu nisan di ujungnya?

Bila saya mendengar kata kuburan maka yang muncul dalam pikiran saya
adalah suatu tempat yang paling kaya di dunia ini. Lho, kok bisa
begitu? Benar, saya melihat gundukan tanah dan batu nisan yang
bertuliskan nama, tanggal lahir – tanggal meninggal. Namun yang
lebih saya perhatikan adalah garis kecil yang memisahkan tanggal
lahir dan tanggal meninggal. Mengapa? Karena garis kecil inilah yang
sebenarnya jauh lebih penting dari pada tanggal lahir atau tanggal
meninggal seseorang. Garis kecil ini menggambarkan kehidupan yang
telah dilalui seorang manusia, apa yang telah ia lakukan dalam
hidupnya, apa yang ia lakukan dengan hidupnya, prestasi apa saja
yang telah ia capai baik untuk dirinya sendiri, untuk keluarganya,
untuk masyarakat, dan untuk umat manusia.

Garis kecil ini merupakan jawaban dari suatu pepatah bijak yang saya
dengar bertahun-tahun lalu, yang masih sangat kuat mengiang di hati
saya hingga saat ini, "God's gift to you is your life. What you do
with your life is your gift back to God".

Mengapa saya mengatakan bahwa kuburan adalah tempat terkaya di
dunia? Karena ada begitu banyak orang yang sebenarnya tidak hidup
selama mereka hidup, hanya sekedar "ada" atau "exist", hingga mereka
meninggal.

Lha, kalau mereka tidak hidup lalu apakah mereka telah meninggal?
Bukan. Kebanyakan orang hanya sekedar "hidup – hidupan". Mengutip
yang dikatakan Benjamin Franklin, "Most men die from the neck up at
age 25 because they stop dreaming".

Saya sangat setuju dengan apa yang dikatakan oleh Benjamin Franklin.
Dan saya ingin menambahkannya menjadi, "Most men die from the neck
up at age 25 not because they stop dreaming but because they don't
have the courage, passion ,commitment, and burning desire to pursue
their worthwhile dreams while they are awake and alive".

Seorang guru spiritual pernah berkata, "Dalam hidup ada kehidupan.
Kita harus menghidupkan kehidupan ini agar kita benar-benar hidup di
dalam hidup kita, tidak sekedar hidup-hidupan. Setelah kita benar-
benar hidup, mengerti hidup, mengapa kita hidup, dan untuk apa kita
hidup, baru kita dapat membantu orang lain untuk menghidupkan
kehidupan mereka sehingga mereka benar-benar hidup di dalam
kehidupan mereka".

Kuburan adalah tempat terkaya di dunia karena ada begitu banyak
orang yang meninggal dengan membawa impian-impian besar mereka yang
belum terwujud, ke dalam kubur. Mereka menyimpan semua harapan dan
impian mereka tanpa mampu, sempat, atau berani mewujudkan impian
mereka. Ada banyak faktor yang menyebabkan orang tidak hidup sesuai
dengan potensi mereka. Ada banyak pencuri impian yang berkeliaran di
sekitar kita, yang senantiasa siap mencuri impian-impian kita.

Dalam berbagai kesempatan saya berinteraksi dengan orang, saya
selalu melakukan survei kecil-kecilan. Apa yang saya tanyakan? Saya
berusaha mencari tahu benang merah antara bidang pekerjaan atau
karir yang mereka kerjakan sekarang dengan latar belakang pendidikan
formal atau bidang keunggulan mereka. Hasilnya? Selalu membuat hati
saya sedih.

Hampir semua, saya ulangi hampir semua, orang yang saya temui
ternyata melakukan pekerjaan yang berbeda atau tidak sejalan dengan
disiplin ilmu yang mereka pelajari saat masih kuliah. Ada sarjana
arsitek atau teknik sipil yang jadi debt collector. Ada lulusan luar
negeri yang buka depot atau catering. Ada sarjana teknik kimia yang
jadi guru Play Group/TK. Ada sarjana teknik mesin yang jadi sales
mobil atau agen asuransi dan masih banyak contoh lain.

Saya sering menjumpai orangtua dan orang tua yang berkata, "Coba
dulu saya melakukan... pasti keadaan hidup saya berbeda", "Saya
menyesal setelah kini sadar ternyata impian saya yang sesungguhnya
adalah..." Apakah anda pernah bertemu dengan orang-orang seperti ini?

Saya juga sering bertemu dengan orang yang dulunya begitu
bersemangat mengenai masa depan mereka, impian-impian mereka, dan
hidup mereka, ternyata setelah sekian tahun kemudian, saya tidak
lagi melihat passion atau gairah hidup yang dulu pernah ada di dalam
diri mereka. Saat saya bertanya mengenai hal ini jawaban mereka
biasanya, "Yah... kita harus realistis. Ekonomi sekarang lagi sulit.
Dapat kerja atau bisa cari makan saja sudah syukur. Nggak usah macam-
macam lah."

Setelah membaca cerita saya sejauh ini mungkin anda akan
bertanya, "Kalau begitu Pak Adi pasti tidak termasuk orang-orang
yang diceritakan di atas?" Anda salah. Saya juga termasuk orang yang
pernah salah jurusan. Impian-impian saya sempat hampir padam. Namun
saya bersyukur karena saya dapat segera sadar dan segera menyusun
ulang program hidup saya. Saya juga pernah tersesat. Besar harapan
saya, setelah anda membaca cerita saya, anda bisa saya sesatkan
kembali ke jalan yang benar.

Lalu bagaimana caranya untuk bisa mengetahui impian kita yang
sesungguhnya? Butuh waktu untuk melakukan perenungan mendalam.
Impian hidup hanya bisa ditemukan melalui serangkaian proses
perjalanan pencarian ke dalam diri (inner journey). Impian ini hanya
bisa didapatkan bila kita sungguh-sungguh bangun, sadar, dan
mencarinya secara sadar. Impian setiap orang berbeda. Namun bila
impian itu berasal dari lubuk hati terdalam, maka esensi setiap
impian hidup pasti akan sama dan sangat mulia. Karena impian
bersifat sangat pribadi maka saya tidak akan membahasnya dalam
artikel ini. Yang akan saya bahas adalah potensi diri atau bidang
keunggulan kita.

Setelah menemukan impian hidup barulah kita menentukan strategi
untuk mencapainya. Untuk itu, kita perlu mengenal potensi diri. Yang
saya maksudkan dengan potensi diri adalah kekuatan atau bidang
keunggulan kita. Untuk menemukan bidang keunggulan atau potensi diri
yang sesungguhnya maka kita perlu, untuk sementara waktu, melupakan
semua pendidikan formal yang pernah kita jalani. Lakukan analisa
diri dengan cermat dan jujur.

Bidang pekerjaan yang kita lakukan saat ini belum tentu sejalan
dengan potensi diri yang menjadi keunggulan kita. Lalu bagaimana
caranya untuk mengetahui bidang keunggulan kita? Kawan karib saya,
Paulus Winarto, memberikan resepnya dengan sangat gamblang, seperti
yang saya kutip di bawah ini:

1. Kita menyukai pekerjaan/aktivitas tersebut
2. Kita mau melakukan pekerjaan/aktivitas tersebut meski tidak
dibayar
3. Kita merasakan mudah melakukannya sedangkan orang lain merasa
sulit
4. Semakin sering kita melakukannya maka semakin baik kita dalam
bidang ini
5. Kita sering dipuji orang karena melakukannya (pekerjaan ini mampu
kita lakukan dengan baik)
6. Kita selalu bersemangat saat membicarakan pekerjaan/aktivitas
tersebut
7. Kita selalu bersemangat dan memiliki energi yang besar saat
melakukan pekerjaan/aktivitas tersebut
8. Kita sering lupa waktu saat melakukan pekerjaan/aktivitas tersebut
9. Kita merasa puas ketika melakukan pekerjaan/aktivitas tersebut
10. Kita merasa bangga saat melakukan pekerjaan/aktivitas tersebut
11. Kita mudah mempengaruhi orang dalam bidang pekerjaan/aktivitas
tersebut

Ada seorang kawan saya yang memiliki latar belakang pendidikan
akuntansi namun bekerja di bagian purcashing/pembelian. Saat ditanya
apa pelajaran favoritnya saat di SMA ia menjawab, "Saya sangat suka
bahasa Inggris. Saya selalu mendapat nilai sangat tinggi dalam
bidang studi ini." Saat ditanya mengapa ia memilih jurusan
akuntansi, ia menjawab, "Saya ambil jurusan akuntansi karena dulu
saya pikir jurusan ini menjanjikan masa depan yang baik. Hasil tes
minat dan bakat saya sebenarnya lebih condong ke aspek bahasa."

Kisah lainnya adalah tentang kawan saya, Lina. Kawan saya ini telah
menggeluti dunia desain pakaian selama lebih dari 15 tahun. Ia
selalu berkata bahwa passion-nya adalah di dunia mode. Benarkah
demikian? Ternyata kalau saya cek dengan 11 kriteria di atas maka
dunia mode bukanlah bidang keunggulannya. Mengapa? Karena selama
lebih dari 15 tahun dia tidak berkembang. Semakin banyak job yang ia
dapatkan maka semakin stres dirinya. Bahkan sampai jatuh sakit.

Saya menyarankan ia untuk beralih profesi dengan mengembangkan diri
sejalan dengan bidang keunggulannya. Kembali Lina beralasan bahwa
dunia mode adalah dunianya. Di samping itu semua kawannya sudah
mengenal dirinya sebagai desainer pakaian. Sayang kalau harus
meninggalkan dunia ini karena sudah digeluti lebih dari 15 tahun.

Lalu, siapakah orang yang "menyesatkan" kita sehingga kita melakukan
pekerjaan yang bukan bidang keunggulan kita? Bisa lingkungan, bisa
orangtua, bisa pihak sekolah, bisa siapa saja. Mereka adalah orang
yang sebenarnya bertujuan baik namun masih menggunakan paradigma
lama. Hal ini akan membuat seorang anak tumbuh dewasa tanpa mampu
atau sempat mengembangkan potensi mereka yang sesungguhnya.

Sering kali bidang keunggulan seseorang "dibelokkan" oleh orangtua,
teman, guru, atau orang yang dipandang mempunyai otoritas sehingga
seorang anak, yang nantinya akan menjadi pribadi dewasa, akhirnya
yakin dan mengembangkan diri tidak sejalan dengan potensinya yang
sesungguhnya.

Kawan saya, Ariesandi Setyono, lima tahun lalu, pernah membantu
seorang anak SMU, sebut saja Agus, untuk menemukan bidang
keunggulannya. Agus berasal dari keluarga kurang mampu. Ayahnya
terkena stroke dan ibunya kerja serabutan untuk menghidupi
keluarganya. Agus adalah anak laki paling besar yang diharapkan
menjadi tulang punggung keluarganya.

Saat Aries bertanya, "Apa hobi atau kegiatan yang sangat suka kamu
lakukan?" "Saya sangat suka merangkai bunga," jawab Agus cepat. "Ok,
kalau begitu, karena orangtuamu tidak akan mampu membiayai kamu
kuliah, maka sebaiknya kamu belajar di Florist dan mendalami hobimu
untuk dijadikan sumber uang," jelas Aries.

Agus benar-benar menjalankan apa yang Aries sarankan. Agus tidak
kuliah dan begitu tamat SMU, dengan meminjam uang dari ibunya,
langsung belajar merangkai bunga di sebuah Florist terkenal di
Surabaya. Hasilnya? Tahun lalu, saat Agus masih berusia 23 tahun, ia
telah berhasil membeli satu unit ruko di lokasi yang strategis
seharga Rp650 juta tunai. Ia juga mampu membeli mobil baru, seharga
lebih dari Rp100 juta, secara tunai. Yang paling penting adalah ia
mampu menjadi tulang punggung keluarganya dalam hal finansial.

Anda pasti bertanya bagaimana si Agus ini kok bisa begitu berhasil?
Ternyata dari hobinya merangkai bunga Agus kemudian "melarikan"
kecakapannya ini ke bidang wedding decoration. Hebatnya lagi Agus
membidik segmen pasar kelas atas yaitu hanya menerima dekor
pengantin di hotel bintang lima. Apa yang Agus lakukan pasti akan
sangat maksimal karena usahanya dilakukan sejalan dengan bidang
keunggulannya. Kabar terakhir yang kami dengar tentang Agus yaitu
jadwalnya untuk setahun sudah penuh.

Bagaimana dengan anda, para pembaca yang budiman? Apakah anda sudah
mengembangkan potensi anda yang sesungguhnya? Apakah anda selama ini
hanya menjalani rutinitas pekerjaan yang bukan di bidang keunggulan
anda?

Sumber: Kuburan: Tempat Terkaya di Dunia oleh Adi W. Gunawan, lebih
dikenal sebagai Re-Educator and Mind Navigator, adalah pembicara
publik dan trainer yang telah berbicara di berbagai kota besar di
dalam dan luar negeri. Ia telah menulis best seller Born to be a
Genius, Genius Learning Strategy, Manage Your Mind for Success,
Apakah IQ Anak Bisa Ditingkatkan ?, dan Hypnosis – The Art of
Subcsoncsious Communication.

0 comments:

Posting Komentar

Share

Planetcopas