Proses Pembuatan Produksi Kabel
Kabel
listrik adalah media untuk menyalurkan energi listrik. Sebuah kabel
listrik terdiri dari konductor dan isolator. Isolator disini adalah
pembungkus kabel yang biasanya terbuat dari plastik atau karet atau
sejenis lainnya sedangkan konductor terbuat dari logam yang dapat
mengantarkan arus listrik. Benda
ini sangat dibutuhkan oleh umat manusia untuk membantu mengantarkan
arus listrik dari satu tempat ke tempat lain, dengan kabel, manusia bias
mendapatkan cahaya penerangan, dan dengan kabel pula energy listrik
bisa ditransmisikan kedalam energy gerak dan lain lain
Dilihat dari segi fungsi, kabel dibedakan atas 3 jenis
1. Kabel instrument
1. Kabel instrument
Kabel ini termasuk low voltage, biasanya diameter conductornya hanya (max 2.5 mm2), kabel ini biasanya di gunakan untuk industry elektronika dan automotive
2. Kabel optic
Kabel
jenis ini tidak menggunakan conductor tetapi menggunakan fiber optic,
tujuan utamanya bukan mengantarkan arus listrik, tetapi mengantarkan
signal dari satu tempat ke tempat yang lain, kabel ini digunakan untuk
mengantarkan signal telepon.
Sebelum
Hand phone menjadi trend masa kini, kabel ini sangat laris dipasaran,
tetapi setelah trend hand phone menanjak, produksi kabel ini menjadi
menurun tajam
Ada
perbedaan jenis mesin dalam proses pembuatan kabel dalam hal ini
insulationnya, proses kabel untuk low voltage, instrument kabel dan
kabel optic menggunakan mesin extruder biasa sedangkan untuk medium
voltage dan high voltage menggunakan mesin CCV
Konstruksi
kabel pun banyak beragam, ada yang menggunakan armour, ada pula yang
tidak tergantung dari lokasi yang akan di pasang kabel
3. Power cable
3. Power cable
Kabel ini di pakai pada umumnya, fungsi utamanya adalah mentransmisikan arus listrik dari satu tempat ketempat lain
Dilihat dari besarnya tegangan, kabel di bedakan atas 3 jenis tegangan :
1. kabel tegangan rendah (low voltalge)
Kabel tegangan rendah biasanya di pakai untuk aliran listrik yang tegangannya dibawah 1 kV, thickness dari insulationnya biasanya tidak terlalu tebal, antara 1 sampai 2 mm, biasanya di gunakan untuk bangunan rumah, apartement dan lain-lain. Insulatinnya terbuat dari bahan PVC maupun XLPE
2. Kabel tegangan menengah (medium voltage)
k Kabel tegangan menengah dipakai untuk alliran listrik dengan kapasitas sampai 20 kV
3. 3. Kabel tegangan tinggi (high voltage)
Kabel jenis ini merupakan kabel dengan kapasitas diatas 20kV
Pada umumnya bagian-bagian utama kabel adalah sebagai berikut :
1. Conductor
2. Insulation
3. Cabling
4. Taping
5. Inner sheath
6. Armour
7. Sheath
1. Conductor
Conductor
adalah bagian utama kabel yang berfungsi untuk mengantarkan arus
listrikl dari satu tempat ke tempat lain, sebenarnya penghantar listrik
yang paling baik adalah logam emas, namun karena tingginya biaya maka
dipilihlah tembaga sebagai conductor, sedangkan untuk signal, penghantar
yang paling baik adalah optik.
Untuk
daerah yang mengandung garam biasanya Aluminium atau tembaga tadi
dilapisi dengan timah untuk menghindari terjadinya korosif.
Bahan
baku conductor/aluminium tadi di dapat dari peleburan, pabrik kabel di
supply dengan bentuk gulungan dengan diameter yang agak besar (dia 5
mm), kemudian dilakukan proses pengecilan dengan cara di tarik dengan
menggunakan drawing machine
Setelah
diameter conductor di\buat sesuai dengan sepsification, proses
selanjutnya adalah memilin conductor dengan menggunakan stranding
machine, maksud memilin ini adalah menggabungkan conductor yang satu
dengan yang lain agar menjadi satu kesatuan.
Dari segi bentuk conductor dapat di bedakan beberapa jenis yaitu Re, Rm, Cm dan flexible
2. Insulation
Insulation
adalah pelindung pertama dari conductor, prosesnya menggunakan mesin
extruder (extrusi untuk low voltage) material yang digunakan sangat
beragam, bisa dari PVC, XLPE, LSOH, XL-LSOH, XL-HDPE dan lain-lain.
Setiap material mempunyai karakteristik dan perlakuan proses yang
beragam, seperti temperature, pemakaian dies nipple dan lain-lain.
2.1 Polyvinil klorida
Polivinil
klorida disingkat dengan PVC, adalah polimer urutan ketiga dalam jumlah
pemakaian di duniasetelah polietilena dan poliprolena. diseluruh dunia
lebih dari 50% PVC yang di produksi dan dipakai dalam konstruksi sebagai
bahan bangunan. PVC relatif muran tahan lama dan mudah di rangkai. PVC
bisa di buat lebih elastis dan fleksibel dengan menambahkan plastiziser,
umumnya ftalat. PVC yang fleksibel umumnya di pakai sebagai bahan
pakaian, perpipaan, atap dan inuslasi kabel listrik.
PVC
diproduksi dengan cara polimerisasi monomer vinil klorida (CH2=CHCI).
karenad 57% massanya adalah klor, PVC adalah polimer yang menggunakan
bahab baku minyak bumi terendah diantara polimer lainnya
Proses
produksi yang dipakai pada umumnya adalah polimerisasi suspensi. pada
proses ini monomer vinil klorida dan air diintroduksi ke reaktor
polimerisasi dan inisiator polimerisasi bersama bahan kimia tambahan
untuk mempertahankan suspensi dan memastikan keseragaman urutan partike
resin PVC. Reaksinya adalah eksotermik dan membutuhkan mekanisme
pendinginan untuk mempertahankan reaktor pada temperatur yang dibutuhka.
karena volume berkontaksi selama reaksi (PVC lebih padat dari pada
monomer vinil klorida), air secara kontinu di tambah kecampuran untuk
mempertahankan suspensi.
Ketika
reaksi sudah selesai, hasil cairan PVC harus di pisahkan dari kelebihan
monomer vinil klorida yang akan di pakai lagi untuk reaksi berikutnya.
lalu cairann PVC yang sudah jadi akan di sentrifugasi untu memisahkan
kelebihan air. Cairan lalu dikeringkan dengan udara panas dan hasilkan
butiran PVC. Pada proses operasi normal, kelebihan monomer vinil klorida
pada PVC hanya seesar kurang dari 1 PPM
Proses
produksi lainnya seperti suspensi mikro dan polimerisasi emulsi
menghasilkan PVC dengan butiran yang berukuran lebih kecil dengan
sedikit perbedaasifat dan juga perbedaan aplikasinya.
Produk
proses polimerisasi adalah PVC murni. Sebelum PVC menjadi produk akhir
membutuhkan konversi dengan menambahkan heat stabilizer, UV stabilizer,
pelumas, platicizer, bahan penolong proses, pengatur thermal, pengisi,
bahan penahahan api, biosida, bahan pengembang dan pigmen lainnya.
2.2 Polietilena Polietilena (disingkat PE) adalah thermoplasyic yang di gunakan secara luas oleh konsumen produk sebagai kantong plastik. sekitar 60 juta ton plastik ini diproduksii setiap tahunnya. Polietilena adalah polimer yang terdiri dari rantai panjang monomer etilena (IUPAC:etena). Diindustri polimer , polietilena ditulis dengan singkatan PE, perlakuan yang sama yang dilakukan oleh polistirena dan (PS) dan polipropilena (PP). Molekul etena C2H4 adalah CH2=CH2. dua grup CH2 bersatu dengan ikatan ganda. Polietilena dibentuk melalui proses polimerisasi dari etena. Polietilena bisa di produksi melalui proses polimerisasi radikal, polimerisasi adisi anionik, polimerisasi ion koordinasi, atau polimerisasi adisi kationik. setiap metode menghasilkan tipe polietilena yang berbeda.
2.3 High density polietilena
HDPE dicirikan dengan densitas yang melebihi atau sama dengan 0.941 g/cm3. HDPE memiliki derajat rendah dalam percabangannya dan memiliki kekuatan antar molekul yang sangat tingga dan kekuatan tensil. HDPE bisa diproduksi dengan katalis kromium/silika, ziegler-natta, atau katalis metallocene 2.4 Low Density Polietilena (LDPE)
2.2 Polietilena Polietilena (disingkat PE) adalah thermoplasyic yang di gunakan secara luas oleh konsumen produk sebagai kantong plastik. sekitar 60 juta ton plastik ini diproduksii setiap tahunnya. Polietilena adalah polimer yang terdiri dari rantai panjang monomer etilena (IUPAC:etena). Diindustri polimer , polietilena ditulis dengan singkatan PE, perlakuan yang sama yang dilakukan oleh polistirena dan (PS) dan polipropilena (PP). Molekul etena C2H4 adalah CH2=CH2. dua grup CH2 bersatu dengan ikatan ganda. Polietilena dibentuk melalui proses polimerisasi dari etena. Polietilena bisa di produksi melalui proses polimerisasi radikal, polimerisasi adisi anionik, polimerisasi ion koordinasi, atau polimerisasi adisi kationik. setiap metode menghasilkan tipe polietilena yang berbeda.
2.3 High density polietilena
HDPE dicirikan dengan densitas yang melebihi atau sama dengan 0.941 g/cm3. HDPE memiliki derajat rendah dalam percabangannya dan memiliki kekuatan antar molekul yang sangat tingga dan kekuatan tensil. HDPE bisa diproduksi dengan katalis kromium/silika, ziegler-natta, atau katalis metallocene 2.4 Low Density Polietilena (LDPE)
LDPE dicirikan
dengan densitas 0.910-0.940 g/cm3. LDPE ini memiliki derajat tinggi
terhadap struktur percabangan rantai panjang dan pendek yang berarti
tidak akan berubah menjadi stuktur kristal. Ini juga mengindikasikan
bahwa LDPE memiliki kekuatan antar molekul yang rendah ini
mengakibatkan LDPE memiliki kekuatan tensil yang rendah. LDPE
dirpoduksi dengan polimerisasi radikal bebas
2.5 Cross link Polietilena
PEX
adalah polietilena dengan kepadatan menengah hingga tinggi yang
memiliki sambungan cross link pada strukur polimernya. sifat ketahana
pada temperatur tinggi meningkat seperti juga ketahanan terhadap bahan
kimia
Proses Extrusi
proses
ini adalah proses pelelehan material dengan menggunakan screw didalam
cylinder yang berpemanas kemudian di tekan oleh sebuah kondisi sehingga
menghasilkan penampang yang continue,Proses dengan material PVC
PVC merupakan material dengan tingkat kesuliat yang sedang, temperature cylinder pada mesin extrusi antara 130oC sampai dengan 150oC, sedangkan untuk cross head temperaturenya biasanya antara 150oC sampai dengan 180oC.
temperature ini juga tergantung dari grade dari PVC itu sendiri, saat
ini industry ada yang menggunakan PVC dengan grade low smoke (bila
terbakar asapnya tidak terlalu banyak dan tingkat ketahanan terhadap api
sangat tinggi), bahkan PVC saat ini ada yang lead free
Screw
untuk proses material PVC biasanya mempunyai compression ratio antara
1.5 sampai 2.3, pada prinsipnya semua jenis screw bisa digunakan untuk
PVC, tetapi untuk mendapatkan output yang maksimal ada baiknya
menggunakan compression ratio diatas 2.0
Alur
screw sendiri mempunyai jenis yang bermacam-macam, ada type single
flight, double flight, madox type dan lain-lain, saya akan membahasnya
dilain kesempatan
Proses dengan material Polyethelene (PE)
Material
ini adalah material yang paling mudah di extrusi, semua jenis screw
bisa di gunakan untuk proses dengan material PE, temperature cylinder di
mesin extrusi biasanya antara 130oC sampai dengan 160oC, sedangkan untuk bagian cross head temperaturnya antara 180oC sampai dengan 220oC
Proses dengan menggunakan Cross link polyethelene
Material
ini merupakan material yang mempunyai tingkat kesulitan yang sedang,
bila kondisi prosesnya tidak sesuai dengan type materialnya maka akan
terjadi banyak masalah, contohnya bila temperature terlalu rendah maka
ketika material sudah di extrusi (sudah dalam bentuk kabel) material ini
tidak bisa cross link dengan baik sehingga karakteristiknya seperti
elongation, variation elongation tidak mencapai standard yang
diinginkan, tetapi bila temperature terlalu tinggi ada kemungkinan
terjadi cross link pada saat proses (pre curing).
Cross
link terjadi biasanya satu sampai dua minggu (suhu ruang) setelah
proses, namun untuk material XPE yang baik bisa 3 hari setelah proses
bisa cross link.
Dalam
pameran beberapa waktu yang lalu (Dijakarta) ada alat yang bisa
mempercepat cross link suatu material, namun sayangnya harganya sangat
mahal dan equipnmentnya sangat complex, saya berpikir tidak perlu untuk
membeli alat tersebut karena material ini akan cross link dengan
sendirinya, lead time dari pembuatan kabel sampai dengan pengiriman
kira-kira 2 minggu, jadi pada saat pengiriman, kabel dengan material XPE
sudah dipastikan cross link.
Proses dengan material LSOH (low smoke zero halogen)
Material
ini merupakan material yang ketahanan terhadap api sangat tinggi,
ketika sebuah gedung mengalami kebakaran, material ini dapat menahan api
kira-kira selama 40 menit (cable dengan category A), sehingga penghuni
di dalamnya dapat menyelamatkan diri dengan penerangan yang cukup
Kondisi
proses untuk material ini menggunakan screw dengan low compression, CR
untuk screw kira-kira 1.2 sampai dengan 2.7, biasanya masalah yang
timbul pada saat proses adalah terjadinya porosity (adanya lubang-lubang
kecil setelah material di extrusi). Hal ini bisa terjadi apabila actual
temperature material pada saat proses diatas 180oC
Proses dengan material XL-LSOH (Cross link low smoke zero halogen)
Jenis
material ini adalah material yang paling dari segi proses, compound ini
harus di campur dengan catalyst dengan prosentase tertentu, masalah
yang timbul pada saat proses adalah mudah terjadinya scorch dan tidak
terjadinya cross link setelah proses.
Putaran screw sangat berpengaruh untuk terjadinya cross link, bila RPM rendah, cross link mungkin tida bisa di capai
Sedangkan
untuk mencegah terjadinya scorch, hindari nmaterial berhenti di ddalam
barrel, lakukan putaran screw secara continue, jangan sampai putaran
screw berhenti, adanya fasilitas by pass pada cross head sangat
membantu untuk menghindari stopnya putaran srew
mesin extrusi
3. Cabling/Taping
Proses cabling adalah penggabungan antara insulation yang satu dengan yang lain agar menjadi satu kesatuan.
Masalah yang timbul pada saat proses cabling adalah pitchnya tidak sesuai dengan yang diinginkan
4. Taping
Proses ini adalah proses pengisian sela-sela kabel agar mendapatkan visual yang bulat
5. Inner sheath
Setelah
proses cabling, dilakukan extrusi kembali, orang kabel akan menyebutnya
proses bedding. Sama halnya dengan proses insulation, materialnya pun
sangat beragam seperti yang telah di sebutkan sebelumnya.
6. Armour
Armour berfungsi sebagai pelindung mekanis kabel, material dari armour umumnya adalah steel tape atau steel wire
7. Outer Sheath
Sheath
adalah lapisan bagian paling luar dari kabel, material sheath sangat
beragam, proses pembuatan sheath melalui proses extrusi, sama halnya
dengan proses insulation dan inner sheath.
tanks
BalasHapusgood
BalasHapusGreat
BalasHapusSalam, saya mau bertanya, masa operasi insulation xleva, insulation kerap koyak disebabkan wujudnya biji2/bintik2 kecil, adakah itu disebabkan temp tidak betul atau campuran catalyst? Mohon bantuan terima kasih
BalasHapusMantapss
BalasHapus